Friday, June 08, 2007

"Gaja Dumpak" , The sword of Si Sisingamangaraja

This is the benefit of working in museum. Could hold directly a high historical valuable collection, such as Sword of Indonesian National Hero: Sisingamangaraja.
Based on Museum notice, this sword arrived on August 19th 1907 from General Heurtz (That's mean a hundreds years ago!)
This sword belong to Sisingamangaraja XII, who died on June 17th 1907. (only two month before his sword come in Museum)

Inilah salah satu keuntungan kerja di museum, dapat memegang langsung benda yang bernilai historis tinggi, seperti pedang yang satu ini, milik Pahlawan Nasional, Si Singamangaraja.
Berdasarkan catatan yang dimiliki museum, pedang ini diterima tanggal 19 Agustus 1907 dari Jendral Heurtz (berarti sudah menjadi penghuni museum selama 100 tahun).
Pedang ini terakhir dimiliki oleh Si Singamangaraja XII hingga gugur beliau pada tanggal 17 Juni 1907. Artinya cuma 2 bulan sesudah beliau wafat, itu pedang sudah menjadi penghuni museum.

It's like a destiny, when we, conservation team, did the conservation for this object, sudenly, there are the special visitor. Yes, because the visitor is a big family of the Hero: Sisingamangaraja). They came to museum for seeing their heritage that they didn't see yet. Museum as a preparation for celebrating a 100 years of the death of Sisingamangaraja in the origin place. They are very happy to see their "thing" was "cleaning" by us. They feel honour with our treatment for their collection. And so We are very proud about this moment, especially, about our job that makes historical good still see-able until now and tommorow, hopely.

Seperti sudah ditakdirkan, saat kami, tim konservasi sedang melakukan konservasi terhadap pedang gaja dumpak ini (Disebut seeperti ini karena pegangannya berbentuk gajah, lengkap dengan belalai), tiba-tiba kami kedatangan tamu. Ternyata ini tamu adalah keturunan dari Si Singamangaraja. Mereka memang datang untuk melihat warisan leluhur mereka yang belum pernah mereka lihat ( dan kedatangan mereka ini dalam rangka memperingati 100 tahun gugurnya Si Singamangaraja yang akan dirayakan besar-besaran di tempat asalnya, dekat Danau Toba).
Karena mereka datang saat kami sedang "menggarap" pedang gaja dumpak, maka mereka dapat melihat dari dekat , bahkan ikut memegang.

Saya ikut terharu melihat pertemuan para ahli waris dan keturunan pahlawan bangsa ini dengan Pedang yang selama ini mereka tahu hanya dari cerita.
Dan..
Seketika bangga juga menjadi pekerja museum, karena di tangan kami inilah maka benda seperti padang Gaja Dumpak tetap awet hingga dapat dilihat oleh keturunannya, dan juga oleh kita semua, bangga Indonesia.

Sunday, May 27, 2007

BUILDING AS A SHIELD OF COLLECTION

As the alumny of CMHB course, my sensitivity about historical building is increasing. Of course, It is really corelate with my job in Museum. Althought, in Indonesia there are many museum with the new building, it still easy to find museum from old building. Museum on old building should consider the conservation both : the collection and the building itself.

Setelah jadi alumnus CMHB course, sensitivitas saya terhadap historic building makin meningkat, tentunya yang berhubungan dengan kerjaan saya di museum. Meski di Indonesia banyak museum berada di gedung baru, tapi gak sedikit juga kok gedung bersejarah, yang tentunya udah pasti gedung lama di pake sebagai museum.
Ini berarti perhatian para penyayang gedung tua yang kebetulan dipake sebagai museum harus dobel. Pertama, tentu gedungnya, dan yang kedua benda atau objek yang ada di dalamnya.

Relate with my job as Conservation, I try to compare ouside climate and inside climate in old building. The result is significantly different between T adn RH. Its mean that the old building have a good function as the shield of collection. Unfortunately I couldn't attach with the graph. But if you really want to know, you can contact me.

Sebagai bagian dari tugas konservator, saya mencoba membandingkan iklim di luar gedung museum dengan salah satu iklim di dalam ruangan museum (gedung lama).
HAsilnya terlihat terjadi perubahan yang signifikan antara T dan RH di luar (lobby ) dengan di dalam galeri.
Ini adalah bukti bahwa gedung telah berfungsi dengan baik sebagai pelindung untuk koleksi.
SAyang, grafik gak bisa ditampilkan di sini. Tapi kalau memang ada yang butuh bisa hubungi saya langsung

OOT ; PEMALAS VS TEMAN SETIA


Seperti kebanyakan penulis atau yang coba ngaku-ngaku sebagai penulis, penyakit malas untuk menulis kambuh lagi.
Dan virus penyebab malas ini benar-benar bahaya, mungkin sederajat dan sebangun dengan virus-virus yang sudah dikenal atau baru mau akan memperkenalkan diri.

Lagipula
Virus pemalas ini gak ada obatnya kecuali kesadaran dari diri sendiri.

Untungnya saya punya banyak teman yang mengingatkan (sebenarnya juga karena butuh kan?), kata teman-temanku..., ayo dong, di tambah tulisannya lagi. Saya butuh info nih buat skripsi, buat tesis, atau saya mau ikut short course konservasi nih, atau..., gw mau ke museum nih, pingin liat museum dari sudut pandang lain... etc

Pertanyaan dan pernyataan seperti ini membuat saya terkesima...
Jadi, beneran nih ada yang membutuhkan tulisan seperti ini ??

Ok deh,
rasanya virus pemalas ini harus segera dibasmi, hanya untuk teman-teman setia,
pembaca blog ini.

Doakan ya...

Saturday, May 12, 2007

Egypt...Pyramids, tomb, mumi.....



This march, I've change, go to Egypt for 2 sesion training : Conservation and Management Historic Building Course (CMHBC). This activity is follow up of previous training in Sweden. I feel lucky to get this valuable opportunity. To see Pyramide so close and closer.
Beside Cairo, I also visited Alexandria; beautiful city near mediteranian sea

Bulan Maret kemarin, saya dapat kesempatan ke Mesir untuk ikut dalam sesi 2 Conservation and Management of Historic Building course . Kegiatan ini adalah lanjutan dari kunjungan ke Swedia. Saya beruntung banget dapet kesempatan seperti ini. Kapan lagi bisa liat piramid dari dekat ?

Selain ke Cairo, juga mengunjungi Alexandria, sebuah kota bernuansa Eropa di tepi laut Mediterania.

When I saw Pyramide and Spinx, I remember Borodur. You know, their made from the same parts: Stone ! And without any "glue" for stick each other. Even there is a Warning attention that Prohibited to climb, but you can see too many people climbing on.
It is very excited to climb pyramide, althought only in the foot side.
But for the higher side, there are the guards, So, nobody can reach the higher area.
The conservation of Pyramide is very interesting. I hope someday I will tell about this.

Saat menatap piramid dan spinx, yang kebayang adalah candi Borobudur. Ternyata, piramid juga terbuat dari susunan batu-batu besar dan juga tanpa perekat satu batu dengan yang lain. Sedih juga liat pengunjung pada naik (meski yang dinaiki hanya bagian kaki piramid). TApi gak salah juga sih, tulisan DO NOT CLIMBING kebaca setelah kita naik..
Atau memang sengaja begitu ya, pengunjung biar merasakan betapa exited nya mendaki piramid meski cuma di bagian kaki dan rasanya ini bagian tambahan..
BAgian inti nya, tetap tidak boleh dinaiki, karena ada penjaga nya.
Pemeliharaan piramid merupakan hal yang menarik untuk diceritakan. Tapi nanti deh.. di tulisan lain akan di ceritakan , in deeply.

Tomb, is the stone cemetary for mummy. We come into one of tomb, in the "inside below of land" To reach the location, we must walking down. Firstly, it is like a Small area, but after getting lower, the area wide and wider.
On location, we can see the Wall painting and writing of mummy (Mummy has moved to Museum). And it is prohibited to use a camera, because the camera light from so many visitor can deteriorate the wall painting and writing. Another reason is, they want their merchant sold quickly :)

Tomb, adalah kuburan batu tempat mumi diletakkan.
Rombongan memasuki salah satu tomb yang ada di bawah permukaan tanah. Untuk mencapainya, kita harus turun seperti menuruni sumur. Dari atas terlihat kecil, tapi begitu nyampe cukup luas.
Di dalamnya hanya tinggal lukisan dan relung-relung tempat mumi (mumi nya dah pindah di museum). Di sini tidak boleh memotret
Cukup masuk akal. MEski flash cuma sepersekian detik, tapi pengunjung yang datang banyak banget, jadi akumulatif cahaya yang mengenai lukisan cukup besar, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada lukisan dan tulisan di dinding.
LAgi pula kalo kita motret , nanti merchandise nya gak ada yang beli dong, kasian kan..

If you have a throat problem, it is better do not go to this area. Too many people and the oxygen circulation is limited.
After watching mumy (even only in photograph), I feel the miracle of science on that time.
They knew, how to protect the body, by waste out some part of body. Can you believe, Until now, the body still complete. Imagine, how the museum control the mumy room to prevent the broken of mummy. So it make a sense if the ticket to see the mummy is expensive: 100 ponds.

Pesan untuk penderita asma, jangan masuk deh. Penuh banget, sedang oksigen yang masuk sedikit. Saya aja gak tahan lama - lama, padahal tidak punya riwayat asma.
Pas liat mumi (ini juga ga boleh difoto), sekali lagi saya tertegun menatap keajaiban ilmu pengetahuan pada masa itu.
MEreka sudah tahu, mana yang harus dipertahankan dari tubuh, dan mana yang harus di buang.
Meski rada serem. GIla, hari gini, masih utuh.., dan pasti perawatan yang dibutuhkan sangat besar.. Terutama untuk membuat iklim ruangan senyaman mungkin, artinya sesuai dengan kebutuhan si mumi.
GAk salah kalo pihak Museum NAsional Cairo membuat tiket masuk khusus 100 pon hanya untuk melihat si mumi ini.

After reading about how to make a mummy, it is really horor. Firstly we should take out the brain; crushing by long spatula form the hole nose. Because the next life of mummy, brain will useless and a source of evil activities. Logicaly, no brain means the body will difficult to broke.

Saat baca cara membuat mumi, bulu kuduk berdiri... tau gak, yang pertama kali dibuang dari tubuh adalah otak (buangnya dengan cara di cacah dengan spatula panjang yang dimasuki lewat rongga hidung. hi...) Karena di dunia yang akan di masuki mumi itu, otak tidak dibutuhkan, karena selama di dunia dianggap menjadi biang kerok perbuatan jahat.
Tapi secara logika, mungkin aja dengan tidak adanya otak di tubuh mumi, justru yang menjadikan mumi ini lebih awet.
Nanti aku baca lagi di web site nya.
Dan akan aku link di sini.

Jeda.., rehat...

Sudah terlalu lama tidak ngisi blog ini. Bukan apa- apa. Lupas passwordnya. Dan ternyata, harus sign in dengan gmail account.

Yo wis..

Sekarang, di coba untuk ngisi lagi